Latar Belakang


Di tengah banyaknya sorotan mengenai dampak sosial dan lingkungan dari produksi komoditas pertanian, muncul berbagai model tata kelola keberlanjutan yang digerakkan mekanisme pasar dan bersifat sukarela (voluntary). Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan standar keberlanjutan dan sertifikasi yang bersifat sukarela berbasis rantai pasok berkembang sangat pesat. Berbagai komoditas internasional, seperti kopi, kelapa sawit, dan kakao, menjadi pusat perkembangan sertifikasi keberlanjutan dan standar global seperti Rainforest Alliance, Fairtrade atau yang spesifik komoditas tertentu seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil.

Walaupun perkembangan dan kontribusi skema sertifikasi terhadap keberlanjutan sangat pesat, sertifikasi dan standar keberlanjutan ini sering dikritisi karena menciptakan ‘pulau-pulau keberlanjutan’, dimana keberlanjutan hanya fokus pada wilayah-wilayah tertentu yang terkait dengan rantai pasok. Fenomena ini dinilai kurang mampu kurang mampu menjawab permasalahan struktural seperti deforestasi, konflik lahan, serta kerawanan pangan dan penghasilan bagi pekerja marginal, petani dan masyarakat lokal.

Untuk menjawab persoalan di atas, berbagai pihak melakukan berbagai upaya untuk memperluas skala dampak sertifikasi keberlanjutan. Beberapa pendekatan tata kelola keberlanjutan dikembangkan untuk memperluas cakupan dari batas-batas rantai pasok. Pendekatan-pendakatan ini berorientasi pada tatanan keberlanjutan pada skala sektoral, landskap dan jurisdiksi. Pendekatan-pendekatan inovatif ini bertujuan untuk mencapai perubahan transformatif terkait produksi komoditas, tata kelola perdagangan, pengembangan kapasitas organisasi produsen lokal, menguatkan akses petani terhadap pembeli dan pelayanan-pelayanan pasar yang lestari, mempengaruhi kebijakan pemerintah terkait tata kelola lanskap yang lestari, serta memperluas kolaborasi dan koordinasi dengan program pembangunan dan proses-proses perencanaan nasional dan internasional.

Berikut ini beberapa contoh pendekatan transformasi sektor. Saat ini, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)berupaya untuk mengujicoba sertifikasi keberlanjutan RSPO berbasis wilayah jurisdiksi, yang dikenal dengan RSPO Jurisdiction. Lembaga-lembaga sertifikasi yang bekerja di sektor kopi dan kakao juga bereksperimen dengan alat-alat standar baru yang dapat diaplikasikan di seluruh skala lanskap. Selain itu, berbagai aktor juga mengembangkan inisiatif yang berupaya untuk menghubungkan pelaku pasar dengan program pemerintah dan donor internasional yang bertujuan untuk mempromosikan kelestarian lingkungan dan penghidupan perdesaan yang lestari.

Walaupun pendekatan-pendekatan ini bervariasi dalam hal tujuan, organisasi, instrument kebijakan dan partisipasi multi-pihak, mereka berbagi suatu aspirasi yang sama yakni untuk menggeser tata kelola komoditas lestari yang hanya berbasis sertifikasi rantai pasok menjadi pendekatan yang lebih berdampak luas (Beyond Certification).

Di tengah maraknya pendekatan-pendekatan Beyond Certification ini, penerapan inisiatif-inisiatif yang dirancang untuk memperluas skala dampak keberlanjutan masih kerap terhambat oleh kurangnya pedoman empiris atau teoritis yang dapat menuntun adanya perubahan yang sistemik. 

Tujuan


Mempertimbangkan hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana perubahan tata kelola keberlanjutan global dalam merespons tren munculnya pendekatan-pendekatan Beyond Certification, bagaimana intervensi-intervensi ini dapat berkontribusi secara produktif bagi perubahan transformasi dalam skala sektoral, lanskap, dan jurisdiksi, serta kondisi-kondisi apa yang mendukung atau menghambat berbagai intervensi strategis ini.